karya tulis ilmiah

AGAMA BAHA'I

1.SEJARAH
a.Pendiri
Mirza Ali saat berusia 6 tahun, menimba pengetahuan dari para juru dakwah sekte Syikhiyyah. Hanya saja Mirza Ali sibuk dengan perdagangan. Baru usia 17 thn, ia kembali menghanyutkan diri dalam buku-buku Sufi, melakukan riyadhah ruhaniyyah dan amal-amal bathin yang sangat berat. Kemudian pada 1259 M, ia mengunjungi kota Baghdad dan mulai mendatangi majelis tokoh sekte Syikhiyah kala itu, Kazhim Ar-Rusyti, sambil memperdalam pengetahuan dan ajaran Syikhiyyah.
Di tengah kesibukannya di majelis sang guru, dia berkenalan dengan seorang mata-mata pasukan Rusia bernama Kenneth Ghorki, yang ditemani seorang muslim gadungan, ‘Isa Nakrani. Begitu melihat pada diri Mirza ada potensi untuk mewujudkan tujuan busuk Kolonial Rusia.
Dengan dukungan dua orang tadi, maka ia memproklamirkan diri sebagai Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu kedatangannya, dan satu-satunya Al-Bab pintu menuju hakekat ketuhanan, pada Jumadil Ula 1260 H/ Maret 1844 M, sehingga secara resmi alirannya (pemikirannya) berdiri dan disebut Babiyyah. Dia juga mengklaim dirinya sebagai utusan Allah layaknya Musa, Isa, dan Nabi Muhammad. Bahkan dia meninggikan kedudukannya melibihi para Nabi. Dan pengakuannya sebagai nabi ini mendapat sambutan hangat.
Pada 1266 H, ia mengklaim bahwa Dzat Allah bersemayam pada dirinya. Namun setelah berhadapan dengan para ulama dalam perdebatan, ia pura-pura menunjukkan sikap taubat dan penyesalan. Para ulama tidak mempercayai taubatnya. Sebab sebelumnya dia juga pernah mengaku taubat di mimbar Masjid Al-Wakil atas kesesatan dan keburukan para pengikutnya.

Namun taubatnya hanya bualan dan tipuan. Karena itu, para ulama di masa itu merekomendasikan vonis mati untuk dirinya dan orang dekatnya yaitu Az-Zanuzi. Eksekusi vonis mati dilaksanakan pada 27 Sya’ban 1266 H / 8 Juli 1850 M.    Di samping dua tokoh ini, ada Mirza Yahi ‘Ali, ‘Abbas Affandi, Syauqi Affandi, dan Mirza Husain ‘Ali, yang mendapat gelar Bahaullah.


Nama terkahir inilah yang merubah nama Babiyyah menjadi Baha`iyyah,  pada gelar yang diraihnya. Pria ini sangat erat hubungannya dengan Yahudi saat di pengasingan. Sebelum mati dibunuh pemerintah Iran pada tahun 1850 pada usia 30 tahun, Mirza Ali Al-Bab memilih dua muridnya, Subuh Azal dan Baha’ullah. Keduanya diusir dari Iran. Subuh Azal ke Cyprus, sedang Baha’ullah ke Turki. Pengikut Baha’ullah lebih banyak, hingga disebut Baha’iyah atau Baha’isme, dan kadang masih disebut aliran Babiyah, nama yang dipilih pendirinya, Mirza Ali. Kemudian, kedua tokoh itu bertikai, maka diusir dari Turki. Baha’ullah diusir ke Akka, Palestina. Di sana ia memasukkan unsur syirik dan menentang Al-Quran dengan mengarang Al-Kitab Al-Aqdas diakui sebagai dari wahyu, mengajak ke agama baru, bukan Islam. Baha’ullah menganggap agamanya universal, semua agama dan ras bersatu di dalamnya.
Pusat Baha’i saat ini berada di kota Haifa, Israel. Di seluruh dunia, terdapat sekitar 6 juta penganut Baha’i, dengan jumlah pengikut terbesar berada di India dan Iran.

B Kitab Suci
            Salah satu keunikan Wahyu Agama Bahai ialah masih tersimpannya dengan baik semua tulisan-tulisan Suci dalam bentuk asli yang disahkan oleh Bahaullah sendiri, sehingga tidak ada keraguan atas keasliannya. Bahaullah mengulas berbagai hal, seperti keesaan Tuhan dan fungsi Wahyu Ilahi; tujuan hidup; ciri dan sifat roh manusia; kehidupan sesudah mati; hukum-hukum dan prinsip-prinsip Agama; ajaran-ajaran akhlak; perkembangan kondisi dunia serta masa depan umat manusia.
Kitab suci yang mengandung kebanyakan hukum Bahai adalah  Kitáb i-Aqdas (Kitab Tersuci) yang  diturunkan di ‘Acca. Selain dituntun oleh Tulisan Suci Bahaullah, kehidupan masyarakat Bahai juga dibimbing melalui buku-buku dan surat-surat yang ditulis oleh ‘Abdu’l-Bahá dan Shoghi Effendi. Buku-buku Bahai kini dapat dibaca dalam lebih dari 800 bahasa. Shoghi  Effendi adalah cucu abdul Bahai.

c.Rumah ibadah
 
Rumah ibadah Bahá’í dinamakan “Mashriqu’l-Adhkár” (Tempat-terbit pujian kepada Tuhan), yakni tempat untuk berdoa, meditasi dan melantunkan ayat-ayat suci Bahá’í dan agama-agama lain. Rumah ibadah Bahá’í ini terbuka bagi orang-orang dari semua agama.
Rumah ibadah Bahai bertemakan ketunggalan: harus mempunyai sembilan sisi dengan sebuah kubah di tengahnya, dan direncanakan untuk masa depan sebagai pusat dari berbagai lembaga sosial bagi masyarakat. Sampai sekarang di seluruh dunia ada tujuh Rumah ibadah Bahá’í—di New Delhi, India; Kampala, Uganda; Frankfort, Jerman; Wilmette, Illinois, Amerika Serikat; Panama City, Panama; Apia, Samoa Barat; dan Sydney, Australia.

           

2.KONSEP AJARAN
a.   Konsep Allah
            Tuhan dari agama Bahá’í adalah Bahá’u’lláh, mengumumkan, “Tujuan dasar yang menjiwai Keyakinan dan Agama Tuhan ialah untuk melindungi kepentingan-kepentingan umat manusia dan memajukan kesatuan umat manusia, serta untuk memupuk semangat cinta kasih dan persahabatan di antara manusia.” Artinya menurut Baha`i, tujuan utama agamaNya hanya mewujudkan transformasi rohani dalam kehidupan manusia dan memperbaharui lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keesaan Tuhan,
Agama Bahá’í menganggap para "Perwujudan Tuhan" itu, yang telah menjadi pendiri agama-agama besar di dunia, sebagai wakil Tuhan di bumi dan pembimbing utama umat manusia. Menurut ajaran Bahá’u’lláh, semua perbedaan dan pembatasan yang berkaitan dengan wahyu mereka masing-masing telah ditentukan oleh Tuhan sesuai dengan kebutuhan misinya. Oleh karena itu, orang-orang Bahá’í tidak meninggikan salah satu Perwujudan di atas yang lainnya, tetapi menganggap, dalam kata-kata Bahá’u’lláh, bahwa mereka semua "berdiam dalam kemah yang sama, membubung di langit yang sama, duduk di atas takhta kesatuan agama, dan persatuan seluruh umat manusia.
Umat Bahá’í berkeyakinan bahwa agama harus menjadi sumber perdamaian dan keselarasan, baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun dunia. Baha’i percaya pada satu Tuhan yang bermanifestasi dalam berbagai bentuk sehingga menghasilkan sejumlah agama yang berbeda. Meskipun setiap agama memiliki konsep yang berbeda tentang Tuhan, Baha’i menganggap perbedaan ini hanya disebabkan oleh latar belakang sosial dan budaya yang berbeda.
Baha’i meyakini adanya satu Tuhan dan bahwa semua agama besar di dunia mengimani satu Tuhan yang sama. Baha’i meyakini bahwa Tuhan telah mengungkapkan Diri-Nya melalui serangkaian Utusan Ilahi, yang tujuannya adalah untuk membimbing dan mendidik umat manusia. Mereka semua adalah ungkapan dari tujuan Ilahi yang tunggal, "Inilah Agama Allah yang tak berubah-ubah, abadi pada masa lampau, kekal pada masa yang akan datang."
b.  Penciptaan
Baha’i yang mengacu pada konsep wahyu Progresif, yang berarti bahwa kehendak Allah dinyatakan kepada umat manusia sebagai umat manusia semakin dewasa dan lebih mampu memahami tujuan Allah dalam menciptakan manusia. Dalam pandangan ini, firman Allah yang diturunkan lewat serangkaian utusan: Abraham, Krishna, Musa, Buddha, Yesus, Muhammad, dan Bahá’u'lláh (pendiri Baha’i) di antara mereka. Dalam Kitab-i-Íqán (Kitab kepastian), Bahá’u'lláh menjelaskan bahwa utusan-utusan Allah memiliki stasiun ganda, salah satu keilahian dan salah satu individu.
Bahá’u'lláh mengajarkan bahwa satu-satunya agama yang benar dapat memberikan tujuan bagi eksistensi manusia. Jika tidak ada Pencipta, jika manusia hanyalah produk kesempatan sistem termodinamika, karena banyak di dunia saat ini menegaskan, tidak akan ada tujuan dalam hidup. Setiap individu manusia akan mewakili eksistensi material sementara hewan sadar mencoba untuk bergerak melalui kehidupan singkat nya dengan banyak kesenangan dan sedikit rasa sakit dan penderitaan sebanyak mungkin.
Hanya dalam hubungannya dengan Sang Pencipta, dan tujuan yang Pencipta yang telah ditetapkan untuk makhluk-Nya, bahwa keberadaan manusia memiliki arti apapun. Bahá’u'lláh dijelaskan tujuan Allah bagi manusia dengan cara sebagai berikut:
Tujuan Allah menciptakan manusia apa yang telah dilakukan, dan akan pernah, untuk memungkinkan dia untuk mengetahui Penciptanya dan untuk mencapai Hadirat-Nya. Untuk tujuan ini paling baik, tujuan tertinggi ini, semua Buku surgawi dan Kitab Suci ilahi-mengungkapkan dan berat tegas saksi.


c.  Manusia
Di dalam Ajaran Bahá’í, diajarkan bahwa manusia adalah buah-buah dari satu pohon dan daun-daun dari satu dahan. Meskipun berbeda satu sama lain secara jasmani dan perasaan, meskipun memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, namun manusia tumbuh dari satu akar yang sama, semua manusia adalah satu keluarga manusia.
 Agama Bahá’í mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan, dan mereka harus diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan menghormati. Bahá’u’lláh mencela prasangka ras dan kesukuan, serta mengajarkan bahwa semua orang adalah anggota dari satu keluarga manusia, yang justru diperkaya dengan keanekaragamannya.
Umat Bahá’í percaya bahwa manusia harus berupaya memperoleh sifat-sifat mulia serta bertingkahlaku sesuai dengan standar moral yang tinggi. Salah satu tujuan dasar kehidupan Bahá’í adalah mengembangkan dan memperoleh sifat-sifat mulia seperti kebaikan hati, kedermawanan, toleransi, belas kasihan, sifat dapat dipercaya, niat yang murni, dan semangat pengabdian. Umat Bahá’í dilarang bergunjing, berbohong, mencuri, dan berjudi. Kebajikan-kebajikan tersebut diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini, sehingga menjadi bagian utama dari akhlak mereka dan mengarahkan mereka kepada Tuhan, sehingga dengan demikian mereka akan lebih mampu mengabdi pada umat manusia.

“Maksud Tuhan Yang Maha Esa dalam menyatakan Dirinya adalah untuk memanggil seluruh umat manusia kepada kejujuran dan ketulusan, kepada kesalehan dan sifat dapat dipercaya, kepada ketawakalan serta ketaatan pada Kehendak Tuhan, kepada ketabahan dan kebaikan hati, kepada keadilan dan kearifan. Tujuan-Nya adalah untuk membalut setiap manusia dengan pakaian watak yang suci, serta menghiasinya dengan perhiasan perbuatan-perbuatan yang suci dan baik.” — Bahá’u’lláh
“Cahaya dari watak yang baik melebihi cahaya dan kecemerlangan matahari. Barangsiapa mencapai tingkat ini, dianggap sebagai permata di antara manusia. Kemuliaan dan keluhuran dunia tergantung padanya ... ” — Bahá’u’lláh
“ ... bukankah tujuan setiap Wahyu adalah mewujudkan perubahan menyeluruh pada karakter manusia, suatu perubahan yang akan terwujudkan baik ke dalam maupun ke luar, yang akan mempengaruhi kehidupan batinnya maupun kondisi lahirnya?” — Bahá’u’lláh
“Semua manusia diciptakan untuk memajukan peradaban yang terus berkembang. Kebajikan-kebajikan yang sesuai dengan harkat manusia ialah kesabaran, belas kasihan, kemurahan hati, dan cinta kasih terhadap semua kaum dan umat di bumi ... ” — Bahá’u’lláh

Bahá’u’lláh mengajarkan bahwa semua manusia harus mempunyai pekerjaan. Termasuk dalam golongan ini adalah tugas mengurus rumah tangga, yang dianggap sebagai pekerjaan yang terhormat. Setiap orang harus diberi kesempatan untuk mencari nafkah dan mengabdi kepada umat manusia; mengemis tidak di perbolehkan dan harus dihilangkan dari masyarakat. Karena tujuan kita adalah mengembangkan bakat dan kemampuan untuk mengabdi demi kebaikan masyarakat, maka dalam pandangan Tuhan pekerjaan yang dilakukan dengan semangat pengabdian disetarakan dengan ibadah.
Agama Bahai percaya bahwa semua manusia diciptakan mulia dan dilengkapi dengan potensi-potensi rohani yang diperlukan untuk hidup dalam keluhuran dan kemuliaan jati dirinya. Tuhan tidak menciptakan ketidaksempurnaan. Sifat-sifat yang merugikan itu adalah indikasi dari tidak tumbuh dan berkembangnya potensi-potensi tersebut dan bukan merupakan ketidaksempurnaan penciptaan-Nya.




d.  Prinsip dan Ajaran Agama Baha'i

v    Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa
v     Percaya kepada para Rasul sebagai utusan Tuhan
v     Melarang poligami kecuali bila ada kekecualian. Poligami ini pun tidak diperbolehkan lebih dari dua istri.
v      Melarang talak kecuali terpaksa yang tidak memungkinkan antara kedua pasangan untuk bergaul lagi. Seorang istri yang ditalak tidak perlu iddah (waktu penantian). Janda itu bisa langsung kawin lagi.
v     Dasar Semua Agama adalah satu
v     Kesatuan umat manusia
v     Penyelidikan kebenaran secara bebas
v     Persesuaian agama dan ilmu pengetahuan
v    Persamaan Hak antara Pria dan Wanita
v    Kesucian dan Kemurnian sangatlah penting
v    Segala Prasangka harus dihapuskan
v    Pendidikan adalah Wajib bagi semua anak-anak
v    Perdamaian Dunia
v    Bahasa Sedunia
v    Bermusyawarah dalam segala hal
v    Wajib bekerja untuk mencari nafkah
v    Penyelesaian Masalah ekonomi secara rohani
v    Kemiskinan dan kekayaan yang berlebihan harus dihapuskan
v    Tidak boleh bercampur tangan dalam urusan politik
v    Kesetiaan kepada pemerintah 

e.  Neraka  Dan Surga

Semua puncak dari ajarah Baha’i adalah membangun perdamaian yang permanen dan universal dan menjadi cita-cita utama seluruh umat manusia.
Berbeda dengan islam dan agama-agama barat lainya baha’i meyakini bahwa neraka dan surga bukanlah tempat, akan tetapi kondisi dari jiwa yang tiada lain adalah realitas manusia. sifatnya abadi dan terus sesuai dengan keinginan Tuhan maka itulah surga. Sebaliknya, jika jiwa manusia adalah tuhan maka itulah neraka. dengan demikian penggambaran surga pada agama lain hanya simbol bukan yang sebenarnya. Agama ini mengumumkan, tidak percaya pada hari kiamat, surga dan neraka setelah perhitungan.
Ketika Baha’i berbicara tentang persatuan umat yang dimaksud bukan hanya kesatuan dalam hidup ini saja melainkan kehidupan dan mati sekaligus.dengan demikian hidup dan mati itu saling berkaitan erat. Abdul Baha meyakini bahwa pandangan ini dihubungkan dengan kekuatan istimewa para nabi dan orang orang suci yang melihat ke dunia lain melambangkan adanya saling keterkaitan.
Berdasarkan kepercayan Baha’i tentang kesatuan mutlak Tuhan maka dalam segala hal tidak boleh ada kejahatan, jika Tuhan itu ada dan sama tidak ada tokoh setan di alam semesta.sebagaimana kegelapan hanyalah tidak ada cahaya.dengan demikian munculnya kejahatan hanyalah keadan yang baik menurut abdul baha.
Dalam Dunia tidak ada kejahatan semua adalah baik,sifat dan bakat manusia tertentu yang nampaknya jelek pada kenyatan tidak demikian.



h. Keselamatan.
 Umat Bahá’í percaya tentang adanya roh yang kekal yang ada pada setiap manusia walaupun kita tidak sepenuhnya mampu memahami sifat roh itu. Dalam kehidupan yang fana ini, roh seseorang tumbuh dan berkembang sesuai dengan hubungan rohaninya dengan Tuhan. Hubungan ini dapat dipelihara dengan jalan mengenal Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya yang diwahyukan oleh para Rasul dan Nabi-Nya, seperti cinta pada Tuhan, doa, meditasi, puasa, disiplin moral, kebajikan-kebajikan Ilahi, menjalankan hukum-hukum agama, dan pengabdian kepada umat manusia. Semua itu memungkinkan manusia untuk mengembangkan sifat-sifat rohaninya, yang merupakan pondasi bagi kebahagiaan manusia serta kemajuan sosial, dan juga untuk menyiapkan rohnya untuk kehidupan sesudah mati.
Agama Bahá’í mengajarkan bahwa realitas rohani setiap manusia, yaitu roh, adalah abadi. Pada saat kematian, roh manusia akan melanjutkan perjalanannya dalam alam rohani. Orang-orang yang telah menaati ajaran-ajaran para Rasul dan telah mengembangkan kapasitas rohani mereka. sesudah mati, akan mendapatkan keuntungan atas perbuatan-perbuatan mereka.

i.                    Akhir Zaman
Ia juga memberikan bukti-bukti tentang Akhir zaman dan tempat dirinya. Terbentuknya agama bersamaan dengan nubuat Millerit yang menunjuk kepada tahun 1844. Sehubungan dengan pengharapan khusus tentang akhir zaman, dikatakan bahwa Pertempuran Harmagedon telah berlalu dan bahwa kematian syahid massal yang diantisipasikan pada Akhir zaman telah terjadi dengan konteks historis dari agama Bahá'í.
            Sebagai bagian dari keseluruhan teologi dari agama Bahá'í, literatur dan riset Bahá'í menafsirkan penggenapan pengharapan-pengharapan di sekitar  Pertempuran Armagedon dalam tiga cara, dan ketiga-tiganya telah terjadi.
Ø  Yang pertama berkaitan dengan serangkaian tulisan yang dikarang olehBahá'u'lláh, pendiri agama Bahá'í, untuk dikirim ke berbagai raja dan pemimpin negara. Akta dari Yang Dijanjikan yang membahas kekuasaan dunia dengan kritik adalah sebuah kejadian yang menggemparkan.
Ø  Yang kedua terkait dengan kejadian-kejadian terinci menjelang akhirPertempuran Megiddo (1918) dari Perang Dunia I – semacam penggenapan haraiah di mana kekuatan-kekuatan dunia sedang bertempur. Secara khusus kemenangan Jenderal Allenby di Megiddo, yang mencegah Kekaisaran Ottoman menyalibkan 'Abdu'l-Baha, yang saat itu merupakan pemimpin dari agama Baha'i, dipandang oleh umat Baha'i sebagai Pertempuran Armagedon yang harafiah.
Ø  Yang ketiga meninjau seluruh perkembangan Perang Dunia (I dan II) (meskipun keduanya dapat dipandang sebagai satu proses yang terdiri dari dua tahap), dan kehancuran yang dihasilkannya terhadap berbagai sarana dan norma dunia sebelum dan sesudahnya.

Tuhan, Iman, dan Keabadian Aku dan pandangan Baha’i, tujuan hidup di bumi ini adalah untuk setiap individu untuk mengembangkan kualitas spiritual dan moral yang merupakan inti dari nya alam. Bahá’u'lláh disebut manusia sebagai “tambang kaya permata yang tak ternilai.” Ini “permata” atau kualitas bisa “ditambang” atau dikembangkan hanya ketika seseorang berpaling kepada Allah. Tapi sementara tugas ini mengagumkan harus tetap menjadi tanggung jawab individu, manusia telah menerima bimbingan terus-menerus dari Pencipta penuh kasih tentang bagaimana untuk mencapainya. Konsepsi Baha’i dari sifat manusia dan jiwa, maka, pada dasarnya positif, seperti pandangan Baha’i pada tujuan hidup dan kehidupan setelah kematian.
J.baha’i  di indonesia
            Baha’i dilarang di Indonesia sejak 15 Agustus 1962. Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden No.264/Tahun 1962 yang berisikan pelarangan tujuh organisasi tersebut termasuk Baha’i. kata-kata dibawah surat Keppres tersebut menjelaskan bahwa ajaran dan organisasi-organisasi tersebut termasuk Liga Demokrasi dan Rotary Club, dilarang karena “tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia, penyelesaian revolusi, atau bertentangan dengan cita-cita sosialisme Indonesia”.

3.KEKUATAN DAN KELEMAHAN

a. Kekuatan agama Bahai adalah:
·                     Agama yang tidak terlalu mengikat umatnya. Agama bahai lebih mementingkan kehidupan sesama manusia yaitu kehidupan sosial. Kehidupan sosialnya adalah sebagai berikut: Ke-Esaan Tuhan yang menganggap semua menusia itu adalah satu akar yaitu satu dalam Tuhan. Kesatuan agama, kesatuan umat manusia.
·                      Adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, perdamaian dunia, mengutamakan pendidikan, dan kehidupan sosial lainya.
·                      Konsep ajaran yang mereka buat juga punya sisi positif yaitu tidak memandang rendah agama lain namun menilai semua agama sama. Mereka bersifat pluralis.
·                     semua manusia harus mempunyai pekerjaan. Termasuk dalam golongan ini adalah tugas mengurus rumah tangga, yang dianggap sebagai pekerjaan yang terhormat. Setiap orang harus diberi kesempatan untuk mencari nafkah dan mengabdi kepada umat manusia; mengemis tidak di perbolehkan dan harus dihilangkan dari masyarakat.
·                     Umat Bahá’í percaya bahwa manusia harus menjadi manusia dengan  sifat-sifat mulia serta bertingkahlaku sesuai dengan standar moral yang tinggi seperti kebaikan hati, kedermawanan, toleransi, belas kasihan, sifat dapat dipercaya, niat yang murni, dan semangat pengabdian.
·                     Umat Bahá’í dilarang bergunjing, berbohong, mencuri, dan berjudi. Kebajikan-kebajikan tersebut diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini, sehingga menjadi bagian utama dari akhlak mereka dan mengarahkan mereka kepada Tuhan, sehingga dengan demikian mereka akan lebih mampu mengabdi pada umat manusia.

b. Kelemahan agama Bahai adalah:
·                       sifat yang pluralis ini juga menimbulkan sisi negatif dan menjadi kelemahan agama Bahai yaitu mereka tidak terlalu berpegang teguh terhadap agamanya sendiri. Bahkan mereka cenderung mengikuti agama lain.
·                        Kelemahan yang lain adalah agama ini tidak begitu jelas tentanng kebenaran dan keselamatan yang kekal atau apa yang menjadi tujuan akhir dari hidup mereka.
·                       Agama Bahai terlalu fokus pada apa yang ada di dunia dan tampak mengesampingkan kehidupan selanjutnya.
·                       Kemudian agama Bahai tidak punya jadwal atau displin ibadah dan hal itu dapat membuat hidup jemaatnya tidak beraturan untuk bersekutu dengan Tuhannya.
·                       Agama ini  mengumumkan, tidak percaya pada hari kiamat, surga dan neraka setelah perhitungan
·                       Agama ini tidak mengenal adanya juruselamat dan konsep keselamatannya tidak jelas

4.PENUTUP
A.KESIMPULAN
1.                  Pendirinya agama Baha’i adalah Mirza Ali Pusat Baha’i.Berpusat saat ini berada di kota Haifa, Israel. Di seluruh dunia, terdapat sekitar 6 juta penganut Baha’i, dengan jumlah pengikut terbesar berada di India dan Iran.
2.                  Tuhan dari agama Bahá’í adalah Bahá’u’lláh, Baha’i percaya pada satu Tuhan yang bermanifestasi dalam berbagai bentuk sehingga menghasilkan sejumlah agama yang berbeda. Meskipun setiap agama memiliki konsep yang berbeda tentang Tuhan, Baha’i menganggap perbedaan ini hanya disebabkan oleh latar belakang sosial dan budaya yang berbeda.
3.                  Agama Bahai percaya bahwa semua manusia diciptakan mulia dan dilengkapi dengan potensi-potensi rohani yang diperlukan untuk hidup dalam keluhuran dan kemuliaan jati dirinya.
4.                  Agama ini mengumumkan, tidak percaya pada hari kiamat, surga dan neraka setelah perhitungan.
5.                  Tidak mempercayai akhir zaman










DAFTAR PUSTAKA
http://www.amazine.co/24802/apa-itu-bahai-fakta-sejarah-informasi-lainnya/
http://dany-bubblegums.blogspot.com/2010/05/tanda-tanda-kiamat-versi-agama-bahai.html
https://sites.google.com/site/bahaiindo/home/bahai1-1



Tidak ada komentar:

Posting Komentar